EM4 Tingkatkan Kesuburan Tanah

Mikroorganisme menguntungkan bekerja di dalam tanah dengan cara memfermentasi bahan organik untuk menghasilkan asam organik, hormon tanaman, vitamin dan antioksidan.

“Produk fermentasi itu sangat bermanfaat untuk menumbuhkan tanaman dengan cara  melarutkan nutrisi yang susah larut, misalnya batu fosfat,  memecah logam berat yang mencegah terserapnya oleh akar tanaman,” tutur Direktur Utama PT Songgolangit Persada, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M. Agr yang juga pakar pertanian organik di Indonesia.

Alumnus Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang itu menjelaskan, upaya menyediakan molekul organik sederhana sehingga bisa diserap langsung oleh tanaman, misalnya asam amino, sekaligus mencegah tanaman dari serangan hama penyakit.

Dengan fungsi mikroorganisme yang menguntungkan tanah akan menjadi subur dan tanaman berproduksi optimal. Untuk itu pupuk hayati Effective Microorganisms (EM) dapat digunakan dalam berbagai aspek kehidupan yakni bidang pertanian, peternakan, perikanan dan pengolahan limbah.

Masalah bau pada limbah dan kotoran ternak dapat diatasi dengan EM. Oleh sebab itu  penggunaan EM berkembang semakin meluas, karena dinilai sangat  efektif, mudah digunakan, ekonomis, hemat energi, ramah lingkungan, dan  tepat guna untuk pertanian alami demi kesejahteraan umat manusia sekarang dan hari esok yang lebih baik.

EM teknologi mudah, murah, hemat energi, ramah lingkungan dan berkelanjutan hasil temuan Prof. Dr. Teruo Higa, guru besar  bidang hortikultura University of The Ryukyus Okinawa, Jepang tahun 1980 mampu meningkatkan kesuburan tanah.

Teknologi EM dengan biaya murah itu dapat diterapkan secara meluas untuk menghasilkan produk pertanian  berkualitas tinggi, aman dikonsumsi sekaligus dapat meningkatkan kualitas mutu lingkungan.

“EM Bakteri Sakti”

Sementara itu Staf Ahli PT Songgolangit Persada, Ir. I Gusti Ketut Riksa menjelaskan, rekomendasi dari Kementerian Pertanian Amerika Serikat  (USDA) diterima tahun 1982, dua tahun setelah Prof Higa memperkenalkan teknologi EM kepada para peneliti USDA.

Dalam pertemuan tersebut para ahli pertanian baru mengakui kebenaran dan kehebatan temuan Prof Higa dan memberikan julukan, bahwa EM sebagai “bakteri sakti” dari Jepang.

“Saat itulah para ahli pertanian sepakat memperingati temuan Prof Higa dengan mendirikan Lembaga International Nature Farming Research Centre (INFRC) yang berkedudukan di Atami, Jepang,” tutur I Gusti Ketut Riksa  yang juga instruktur EM pada Institut Pengembangam Sumber Daya Alam (IPSA) Bali.

Para ahli berbagai bidang, termasuk pertanian dan lingkungan dari Kawasan Asia Pasifik berkumpul di Saraburi, Bangkok, Thailand pada tahun 1989 untuk menyepakati mendirikan Asia Pasifil Nature Agriculture Network (APNAN) yang berbasis EM untuk mengembangkan pertanian organik.

Saat itu peserta dari Bali, mewakili Indonesia Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr, alumnus  Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang mendaftarkan Indonesia menjadi anggota APNAN dengan nomor urut ke-15 untuk kawasan Asia Pasifik.

Gede Ngurah Wididana setahun kemudian yakni tahun 1990 mendirikan sebuah yayasan dengan nama “Indonesia Kyusei Nature Farming Sosiety (IKNFS). Dari yayasan IKNFS tersebut Gede Ngurah Wididana yang akrab disapa Pak Oles menilai sangat penting untuk segera mendirikan sebuah yayasan.

Untuk itu mendirikan sebuah yayasan yang diberinama Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali, sebagai pusat pendidikan dan pelatihan terpadu tentang teknologi EM.

Yayasan IPSA Bali sejak berdiri hingga sekarang  tetap berlokasi di Desa Bengkel, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, daerah pesisir utara Pulau Bali.  Bupati Buleleng Ketut Wiratha Sindu (alm) mewakili pemerintah untuk meresmikan kantor Yayasan IPSA Bali tahun 1997, atau 26 tahun yang silam, tutur Gusti Ketut Riksa.

Ciptakan Peluang

Kehadiran IPSA Bali di Desa Bengkel, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, sekitar 75 km barat laut Kota Denpasar mampu menciptakan banyak peluang yang mulai digarap pemerintah maupun masyarakat setempat.

Peluang tersebut  masyarakat memperoleh keuntungan yang berlipat ganda dari  pengembangan pertanian organik, membangun bidang kesehatan dan mendukung pengembangan sektor pariwisata di Pulau Dewata.

Pengembangan lembaga pendidikan yang berbasis pertanian organik dengan teknologi  EM, sebelum pandemi Covid-19 menggelar pelatihan secara rutin dua kali dalam sebulan hingga kini pesertanya mencapai lebih dari 10.000 orang dari berbagai daerah di Indonesia.

Mereka terdiri atas kalangan generasi muda yang tertarik dengan pertanian organik, utusan dari instansi pemerintah, BUMN, perusahaan swasta menjelang menjalani masa purna bhakti, petani dan dari berbagai latar belakang lainnya yang mencintai pertanian organik.

Dari kehadiran IPSA Bali yang telah dikenal masyaraklat luas di Nusantara maupun mancanegara mampu  menciptakan banyak peluang yang kini telah dirasakan masyarakat setempat dan pemeintah.

IPSA Bali tempat pelatihan dengan bangunan permanen yang cukup luas didukung dengan  villa berkapasitas 16 kamar dan sarana pendukung lainnya berupa kolam renang.

Lokasi tersebut sebelumnya merupakan tanah pertanian yang tidak terurus milik orang tua  Gede Ngurah Wididana yang akrab disapa Pak Oles. Setelah  Pak Oles menyelesaikan pendidikan di Jepang dan berhenti sebagai dosen Universitas Nasional Jakarta (1990-1995) kembali ke kampung tempat kelahirannya dengan misi Membangun Desa Membangun Bangsa.

Tanah yang terlantar itu dibangun  sebagai tempat pelatihan pertanian organik, awalnya dengan bangunan gedung yang sangat sederhana. Di sekitarnya ditanami ratusan jenis tanaman herbal yang berkhasiat obat-obatan sebagai bahan baku Minyak Oles Bokashi dan puluhan jenis produk Ramuan Pak Oles.

Di sekitar lokasi tersebut kini berdiri megah dua buah pabrik yakni PT Karya Pak Oles Tokcer yang berbasis obat-obatan tradisional yang merupakan terbesar di Bali dan PT Songgolangit Persada yang memproduksi Pupuk Hayati EM4 untuk pertanian, peternakan, perikanan dan  limbah, satu-satunya di Indonesia yang mendapat lisensi dari EM Research Organization (EMRO) Jepang. (ditulis oleh : Ketut Sutika) linktr.ee/pakolescom

Komentar