Aplikasi EM4 Timun California Rajin Berbuah

Siapa sangka mentimun hasil budidaya warga Bali, bisa menembus pasar Malaysia. Tidak hanya itu, kebutuhan timun di rumah makan cepat saji sekelas KFC dan MC donald juga dipasok dari kebunnya. Usaha tersebut tak lepas dari kegigihan seorang Nyoman Darmawan, yang sukses membudidayakan timun californiaP ada lahan yang tak begitu luas, tepatnya di Pelaga sebuah desa yang termasuk kecamatan Petang yang terletak paling ujung utara Kabupaten Badung, Nyoman mengembangkan timun california organik.

Budidaya timun masih dilakukan cara tradisional dan jauh dari sentuhan teknologi modern. Namun, Timun colifonia yang di tanam pria kelahiran Banjar Tuyan, Desa Pelaga Kecamatan Petang, Kabupaten Badung Bali ini, mempunyai kualitas ekspor dan nilai jual tinggi. Senyum puas terlihat dari bibir Nyoman yang baru saja panen mentimun. Mentimun yang ia tanam tumbuh subur dan berbuah lebat, ukuran timun yang tumbuh hampir seragam dan serentak. Sebanyak 300 kilogram timun califonia perhektar dapat ia panen, Ia senang sekali, panen timun kali ini mengalami peningkatan dari sebelumnya.

Keberhasilan ini, tak lepas dari perawatan serta pemupukan yang tepat, selama ini Nyoman mengaku menggunakan pupuk EM4. ”Sebelumnya, pakai pupuk organik merk lain, tapi tidak ada hasil, tanaman kurus dan buah timun kecilkecil ,”jelasnya. Pupuk EM4 ia ketahui dari petani sukses ditempat lain di Bali, ia pun beralih menggunakan EM4. Dan hasilnya, tanaman tumbuh subur, daun lebat, timun juga rajin berbuah, panen bisa dilakukan berulang-ulang,”terang bapak dua anak ini. EM4 merupakan pupuk cair organik yang banyak mengandung mikroorganisme menguntungkan.

EM4 diproduksi oleh PT.Songgolonggit persada mempunyai kemampuan memperbaiki kualitas tanah dan meningkatkan hasil pertanian, EM4 sudah lama digunakan oleh petani di Indonesia, karena dapat menyuburkan tanah, dan meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian.” saya tidak ragu lagi pakai EM4 dan terbukti, timun califonia dapat tumbuh baik dengan produksi buah maksimal.”ungkap Nyoman saat ditemui Majalah EM Forum di Bali belum lama ini. Timun varietas california, berasal dari California Amerika Serikat, timun jenis ini mempunyai rasa gurih, tektur renyah serta daging buah tebal. Timun california, biasanya dapat dimakan mentah atau dihidangkan dalam hamburger , salad, acar dan pelengkap makanan lainnya. Tumbuhan yang tergolong dalam (Cucumis sativus L.; suku labu-labuan atau Cucurbitaceae) bisa menghasilkan 20 buah dalam satu tanaman.

Memiliki umur penen 4-5 minggu. Untuk budidaya timun california, Nyoman menggunakan pupuk kandang, pupuk dibuat dari kotoran sapi dan ayam kemudian difermentasi EM4.’ Bahan pembuatan pupuk terdiri 80 persen kotoran hewan dan sisanya, 20 persen bahan organik lain, bahan tersebut difermentasi menggunakan EM4 selama tujuh hari,” terangnya. Setelah itu, pupuk diaplikasikan pada lahan. Pupuk dasar menurut Nyoman perlu diberikan pada lahan, terutama pupuk organik untuk mengembalikan kesuburan tanah, Menurutnya, tanaman dapat tumbuh maksimal pada media sehat, pemberian pupuk organik perlu dilakukan untuk meningatkan kualitas tanah dan mikroorganisme tanah. Untuk pemeliharan, tanaman timun tiap minggu rutin disiram campuran air dan larutan EM4 plus air seni sapi. “Kebutuhan kita menerapkan pertanian terintergrasi, kotoran sapi, ayam dan air seni diberdayakan. air seni sapi dicampur EM4 merupakan pupuk cair yang dapat meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit” jelasnya. Melalui pupuk organik yang diterapkan, timun california dapat tumbuh maksimal, dan menghasilkan timun califonia dengan kualitas Ekspor. Untuk saat ini, timun california dipasok Nyoman untuk memenuhi kebutuhan rumah makan cepat saji diseluruh Indonesia dan ekspor ke negara Jiran Malaysia.. Timun california mempunyai prospek cerah di Indonesia, dan belum banyak yang mengembangkannya, Nyoman mengaku kewalahan untuk memenuhi permintaan pasar karena keterbatasan produksi. Seperti permintaan Negara Singapura yang tidak bisa terpenuhi karena keterbatasan produksi, (DEDI)

Komentar