Dengan EM4 Produksi Pepaya Lebih Tinggi

Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar Mexsiko dan Coasta Rica. Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daeah tropis maupun sub tropis. di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah dataran dan pegunungan (sampai 1000 m dpl). Buah pepaya me Buah masak yang populer sebagai buah meja, selain untuk pencuci mulut juga sebagai pensuplai nutrisi/gizi terutama vitamin A dan C. Buah pepaya masak yang mudah rusak perlu diolah dijadikan makanan seperti sari pepaya, dodol pepaya. Dalam industri makanan buah pepaya sering dijadikan bahan baku pembuatan (pencampur) saus tomat yakni untuk penambah cita rasa, warna dan kadar vitamin.

Dalam industri makanan, akarnya dapat digunakan sebagai obat penyembuh sakit ginjal dan kandung kencing. Daunnya sebagai obat penyembuh penyakit malaria, kejang perut dan sakit panas. Bahkan daun mudanya enak dilalap dan untuk menambah nafsu makan, serta dapat menyembuhkan penyakit beri-beri dan untuk menyusun ransum ayam. Batang buah muda dan daunnya mengandung getah putih yang berisikan enzim pemecah protein yang disebut papaine sehingga dapat melunakan daging untuk bahan kosmetik dan digunakan pada industri minuman (penjernih), industri farmasi dan textil.

Bunga pepaya yang berwarna putih dapat dirangkai dan digunakan sebagai bunga kalung pengganti bunga melati atau sering dibuat urap. Batangnya dapat dijadikan pencampur makanan ternak melalui proses pengirisan dan pengeringan. Di Indonesia tanaman pepaya tersebar di mana-mana bahkan telah menjadi tanaman pekarangan. Sentra penanaman buah pepaya di Indonesia adalah daerah Sukabumi Jawa Barat, Malang, Jawa Timur, Jakarta Selatan, Sleman, Yogyakarta, Lampung Tengah, Toraja Sulawesi Selatan, Menado Sulawesi Utara, dan Ubud Bali.

Di kawasan Wisata Ubud Bali ini, budidaya pepaya dilakukan secara organik dengan menggunakan teknologi EM4. Pertumbuhan pohon pepaya yang diolah menggunakan teknologi EM4, menunjukan tingkat perkembangan yang maksimal.Sehingga usaha ini sangat menguntungkan. Bisnis budidaya pepaya terutama Pepaya California dan Bangkok sangat menjanjikan. Selain pasar yang terbuka lebar, budidaya buah itu juga sangat mudah.

Petani di daerah Ubud Bali  merasakannya. Mereka bisa meraup untung ratusan juta rupiah tiap  bulan. ’Kebutuhan komoditi pertanian seperti pepaya organik, cukup besar di Bali dan mencapai 50-60 ton per hari,’’jelas Sutarto  petani yang mengembangkan agrobisnis pepaya organik tersebut.

Ada beberapa jenis pepaya seperti Pepaya Bangkok, Thailand dan Red Lady serta California. Keunggulan pepaya Bangkok besarnya mencapai berat 2-3 kg, dan ternyata setelah dikembangkan di Bali hasilnya lebih bagus rasanya lebih manis. Usia  2 bulan hingga 4 bulan pepaya sudah berbunga. Usia 6 bulan kemudian sudah berbuah dan sudah memulai panen. Untuk satu akan menghasilkan buah sebanyak seratus buah selama dua tahun. Untuk perawatan, pemupukan menggunakan teknologi EM4, baik cair (urine sapi yang telah difermentasi dengan EM4) juga dengah pupuk bokashi padat. Untuk pupuk cairnya dengan cara dikocor. Perawatan sampai umur 2 bulan menghabiskan pupuk cair 1-1,5 liter untuk satu pohon, setelah dewasa pupuk cair yang digunakan mencapai 10-15 liter, setelah berbuah menghabiskan pupuk cair 30-35 liter. Sedangkan pupuk padat (bokashi) digunakan pada waktu  menanan dengan perbandingan dalam 1 hektar digunakan 10 ton bokashi.

Pepaya organik merupakan pepaya dalam sistem budidayanya menerapkan penggunaan pupuk organik seperti EM4, pestisida organik serta zat perangsang organik. Untuk pupuk yang digunakan berasal dari kotoran ternak yang difermentasi dengan EM4, kemudian pestisida dari tanaman-tanaman obat dan zat perangsang dari rumput laut.“Untuk teknik budidaya pepaya organik, kami seratus persen menggunakan pupuk organik dengan teknologi EM-4,” katanya.

Sutarto mengungkapkan, pengembangan tanaman pepaya organik yang dilakukan pihaknya terdapat dibeberapa tempat seperti di Ubud, Payangan, Karangasem serta Klungkung, dengan target ditiap kabupaten minimal membudidayakan pepaya organik masing-masing seluas 5 hektar.“Budi daya pepaya organik cukup prospektif dikembangkan di Bali, apalagi melihat peluang pasarnya yang sangat terbuka lebar, maka target kami membudidayakan pepaya organik seluas masing-masing 5 hektar bisa memenuhi permintaan pasar,'' katanya.

Sutarno menambahkan, petani yang mengembangkan agrobisnis pepaya di wilayah Bali, agak terhalang dengan beberapa kendala diantaranya hama putih yang menyerang, namun petani harus kreatif untuk mengatasi bisa dilakukan dengan menyemprotnya dengan menggunakan pestisida organik dengan menggunakan tanaman obat yang diekstrak  dengan EM4. Untuk membudidayakan pepaya tersebut lahan yang paling bagus yaitu di bawah lima ratus meter dari permukaan laut, kalau di atas cenderung pepaya terasa pahit, sebab penyinaran kurang yang mengakibatkan getah tidak akan pecah, jika menanam di bawah lima ratus terkena sinar getah akan pecah dan buahnya akan terasa manis. Secara hitungan ekonomis, untuk satu pohon sampai panen menghabiskan biaya sebesar Rp 20 ribu, sedangkan harga jual pepaya Rp 7 ribu-Rp 15 ribu per buah. “Bahkan, saya pernah jual pepaya organik dengan harga Rp 50 ribu per buah di Ubud,” ujarnya.***

Komentar